Ustadz Jarang Senyum
Suara gerbang rumah terbuka dan terdengar jelas kala ditarik oleh seseorang dari luar sana. Faiz─abi Zayna Jumayra─segera beranjak dari tempat duduknya ke arah jendela yang menghadap ke halaman depan rumahnya, kala melihat putranya Nizam Al-Fakhri dan si bungsu Zayna keluar dari mobil berwarna hitam.
Dari luar Zayna sudah bisa melihat jelas abinya yang sedari tadi menunggu kepulangannya dari kampus.
Zayna Jumayra, gadis yang bulan lalu baru beranjak 19 tahun itu. Kini sudah beranjak dewasa. Pakaian yang ia kenakan pun tidak merubah kepribadiannya menjadi lebih dewasa. Makanya kenapa, sang abi selalu waspada karena kepolosan putrinya yang satu ini.
Kedatangannya disambut bahagia oleh abi dan uminya. Merasa ada hal yang janggal disekitarnya, Zayna langsung membuang muka ketika melihat laki-laki yang baru saja tadi pagi ia temui.
“Ini mah bukannya ustadz yang mahal senyum itu ya, bi!?” umpatnya lalu langsung mendapat cubitan kecil dari kakak laki-lakinya, Nizam.
“Aku salah emang?” Bukannya meminta maaf Zayna malah terus melanjutkan pertanyaannya itu. Yang tak lain dan tak bukan, membuat laki-laki yang Zayna maksud itu terlihat menahan malu.
“Afwan ustadz, Zayna memang seperti ini,” ujar sang abi ketika ia juga merasa malu karena kelakuan anak bungsu satu-satunya ini.
“Jadi, bagaimana ustadz Hanif? Apa ustadz berkenan untuk menjadi guru private putri saya?” Kini setelah melaluin pembicaraan panjang. Faiz langsung saja menuju inti dari pembahasan yang sebenarnya akan ia sampaikan.
Melihat perempuan yang berada tepat di belakang Faiz sedang melakukan gerakan menyilang-nyilangkan tangan─ memberi tanda untuk menolak permintaan tersebut─Hanif malah tidak menghiraukan dan menjawab setuju untuk mengajar Zayna di rumah milik ustadz Faiz.
“InsyaAllaah, saya berkenan ustadz.” ucapnya kala melihat wajah Zayna kecewa karena keputusan yang diambilnya.
“Alhamdulillaah kalau begitu bagai-” Belum sempat melanjutkan kalimatnya. Zayna sudah memotong perkataan sang abi.
“Abi kan kita belum mahram? Kalo aku belajar sama dia, terus bisa aja kan bi, setan macem-macem sama kita. Abis tuh jadi ada hal yang nggak diinginkan terjadi sama kita gimana, bi?” Bukan mendapat jawaban. Zayna malah mendapat cubitan untuk kedua kalinya dari Nizam yang sudah geram dengan kelakuan adik perempuannya itu.
“Ya masa abi langsung nikahin kalian? Hitung-hitung ta'aruf ya ustadz?” ujar abi Faiz sembari mengedipkan matanya kala menggoda Hanif yang berada di kursi samping dimana ia sedang terduduk sekarang.
“Ya udah iya, tapi awas aja ya sampe situ macem-macem sama saya!” protes Zayna sembari menatap tajam ke arah Hanif. Yang ditatap masih terus menunduk bingung. Bukan takut, tapi sepertinya Zayna ini kurang nyaman ketika bertemu dengannya.
©morkihacoy