*Ketiduran
Zayna berlari sekencang mungkin, kala ia merasa tidak enak hati kepada Hanif yang sudah mau menunggu kepulangannya dari tadi.
Begitu membuka pintu, terlihat jelas seorang laki-laki berpakaian hoodie hitam sedang terlelap dengan posisi duduk setengah merebahkan tubuhnya dan kopeah yang menutupi sebagian wajah laki-laki itu.
“Ih sampe ketiduran, ya Allaah!” paniknya merasa bersalah dan segera beranjak pergi menuju lantai atas.
Iya, Zayna mengambil sebuah selimut bermotif kotak-kotak biru miliknya, untuk sekedar menutupi sebagian tubuh laki-laki itu.
Iya, dia adalah Hanif Aqeel Ad-Dzikri.
Sejak selesai menunaikan sholat isya. Hanif segera pergi untuk menepati janji kepada guru besarnya, Ustadz Faiz. Orang tua dari perempuan yang sekarang akan menjadi tanggung jawabnya dalam mendalami ilmu agama. Tidak lupa membawa kitab dan beberapa kertas berisikan materi yang akan ia bahas malam ini.
Namun, baru saja ia sampai. Nizam─kakak laki-laki Zayna Jumayra─mengabarkan bahwa, adiknya sedang tidak berada di rumah dan pergi keluar bersama sahabat perempuannya.
“Assalamu'alaikum,” ucap Hanif sembari mengetuk pintu berwarna putih yang ada di hadapannya.
“Wa'alaikumussalam, sebentar,” jawab suara laki-laki dari dalam yang ternyata itu adalah Nizam.
“Ustadz,” panggil Nizam sembari menampakkan gigi kelinci kecilnya untuk sekedar tersenyum kepada Hanif.
“Zayna nya tadi keluar. Mungkin, sebentar lagi pulang. Masuk saja dulu ustadz!” pinta Nizam.
Hanif menuruti perintah Nizam untuk sekedar duduk sembari menunggu Zayna pulang.
Merasa bosan, karena perempuan yang dimaksud tak kunjung datang. Ia membetulkan posisi duduknya menjadi sedikit rebahan dan menutup setengah wajahnya dengan kopeah yang ia kenakan tadi.
Tidak terasa ia tertidur begitu lelap. Hingga, saat matanya mulai terbuka dan samar-samar melihat ada sesuatu yang menutupi tubuhnya. Ia segera bangkit dari posisi yang sebelumnya.
Dari tempat itu, ia melihat perempuan yang menggunakan hijab berwarna cokelat dan sweater hijau tua, yang kepalanya berada di atas meja tamu. Wanita itu sedang menunduk. Ternyata, ia juga sedang tertidur di kala heningnya malam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.45 malam. Iya, mereka tertidur lumayan lama. Hanif sempat ingin berpamitan. Tapi, ia tidak sampai hati untuk membangunkan Zayna.
Ia juga khawatir, melihat posisi tidur Zayna yang kurang nyaman. Karena Zayna tidur sambil terduduk dan kedua tangan Zayna menjadi tumpuan untuk kepalanya.
“Eh mas Nizam!” panggilnya karena melihat Nizam masih berlalu lalang di tengah heningnya malam.
“Lho, Zayna nya tidur?” tanya Nizam yang melihat adiknya sedang tertidur lelap di atas lantai yang dibaluti karpet merah tua.
“Saya sama dia sepertinya ketiduran, mas.” jelas Hanif kepada Nizam.
“Oh, pantesan dari tadi saya dengar kok sepi-sepi aja ngajarnya. Kirain sambil bisik-bisik.” ucap Nizam dan segera menggedong adik perempuannya itu kedalam dekapannya, untuk menghantarkan tidur di kamar milik Zayna.
Setelah beberapa menit Nizam pergi ke lantai atas. Ia segera menghampiri Hanif yang sedang terduduk menunggu kedatangannya.
“Aduh, afwan ya? Ustadz malah jadi ketiduran karena nungguin Zayna.” maaf Nizam karena merasa tidak enak atas apa yang baru saja terjadi.
“Tidak apa-apa, kalau begitu saya izin pamit mas Nizam. InsyaAllaah besok saya akan datang lebih cepat. Karena ini kesalahan saya yang datang terlalu malam dan mengganggu waktu istirahat Zayna.” ujar Hanif yang langsung berpamitan dengan Nizam.
©morkihacoy