Kamu Punya Aku

Hanif dan Zarina menghampiri perempuan yang sedang terduduk dibangku taman. Keduanya baru saja selesai bermain basket, walaupun sebenarnya tidak ada yang bisa bermain basket disini.

“Buna, Zee udah main bwasket tama yayah.” ucap Zarina seraya memeluk sang ibunda yang sedari tadi hanya terdiam melihat kegiatan yang dilakukan anak dan suaminya itu.

“Saya sudah main basket. Tapi kamu gak perhatikan.” keluh Hanif karena memang istrinya itu hanya menatap dengan tatapan kosong.

Zayna menarik nafasnya, “Buna dari tadi liatin kalian main basket lho. Keren!” balas Zayna melihatkan senyumnya ke arah Hanif dan putri kecilnya.

“Buna, tapi tadi aku tama yayah main bwasket na nda benel.”

Zayna menatap ke arah Hanif dan ia sedikit kebingungan. “T-tapi segitu juga udah keren lho, Zee.”

Zayna bangkit dari duduknya, “Udah mau malem. Ayo sekarang kita pulang aja ya? Zee mau buna gendong?” tawar Zayna sembari memberikan lengannya kepada Zarina.

“Nda, nanti dede dipeyut buna sakit.” Zayna tersenyum dengan pernyataan putri kecilnya itu. Sekarang Zarina bisa mengerti keadaan Zayna yang sedang hamil besar.

“Sini sama yayah.” Sekarang giliran Hanif yang menawarkan kepada Zarina. Zarina tidak menolak, ia justru terlihat sangat senang.

“Buna kenapa?” tanya Hanif ketika sadar istrinya itu hanya terdiam sedari tadi.

“Yayah, Zee nau tulun!” Zarina berlari kecil didepan kedua orang tuanya. Membiarkan keduanya saling berbicara.

Hanif perlahan menggenggam tangan mungil milik Zayna. Perlahan genggaman itu semakin erat dan membuat Zayna mengarahkan pandangannya ke arah Hanif.

“Kalau ada sesuatu yang buat kamu berat hari ini. Cerita sama saya.” ucap Hanif.

Zayna kini beralih dengan memeluk lengan kanan milik Hanif. Sambil berjalan, kepalanya ia sandarkan dibahu Hanif. Tanpa sadar air matanya mulai menetes. Sesegera mungkin tangan kekar itu mengusap pipi yang kini mulai basah.

“Cantik, seberat apapun masalah yang kamu hadapi sekarang. Kamu bisa bagi itu juga ke saya. Biar kita sama-sama cari jalan keluarnya. Kamu itu perempuannya saya, perempuan yang harus saya bahagiakan. Kalau kamu bahagia, saya juga bahagia. Tapi kalau kamu sakit, saya juga ikut sakit. Hati saya juga sakit kalau melihat kamu sedih seperti ini. Sekarang cerita sama saya, hari ini kenapa cantiknya saya cemberut terus?”

Iya, kata-kata manis itu selalu membuat Zayna luluh karenanya. Hanif yang selalu bersikap lembut dan semanis itu. Membuat Zayna yakin, bahwa laki-laki ini tidak akan tega meninggalkan dirinya sendirian demi perempuan lain.

“Mas, kalau misal ada orang yang lebih dari aku terus kamu tertarik sama dia. Gimana?” tanya Zayna dengan suara yang mulai sedikit serak.

“Itu harus saya jawab?” tanya Hanif, Zayna mengangguk.

“Saya menikahi kamu itu, karena saya maunya kamu. Saya maunya Zayna Jumayra Naseeba. Saya maunya perempuan yang sudah ditakdirkan sebagai pelengkap kekurangan saya. Saya maunya perempuan yang sekarang ada disamping saya, sedang menangis disandaran saya. Kamu, Zayn. Mau sebanyak apapun nanti perempuan yang lebih sempurna dari kamu. Kalau Allaah dan saya maunya kamu, ya saya bisa apa?”

“Jujur, saya tidak mampu untuk menduakan kamu, Zayn. Karena memang hati saya ini hanya milik kamu. Kamu yang akan selalu tersimpan disini. Jangan ada perempuan lain yang menjadi milik saya. Selain umi, kamu, dan putri kecil kita. Tidak akan pernah, cantik.” lanjut Hanif.

Zayna menangis semakin menjadi-jadi. Tangannya sibuk mengusap pipi yang terus basah karena air matanya yang mengalir.

“Kamu punya aku!” balas Zayna dengan suara yang terdengar seperti anak kecil.

“Iya saya punya kamu, kamu punya saya dan akan selalu milik saya. Sekarang jangan sedih lagi. Kita harus cepat sampai rumah ya?”

“Kenapa?” Zayna semakin mengeratkan dekapannya dilengan Hanif.

“Perempuan saya kan lagi sedih. Harus cepat-cepat dipeluk. Bisa saja kita pelukan disini. Tapi, memang kamu mau?” goda Hanif yang membuat senyum itu terukir kembali.

“Di rumah aja.” balas Zayna. Hanif mengecup manis pucuk kepala milik perempuannya itu. Dan, genggamannya itu semakin ia eratkan.

©morkihacoy