Jangan Peluk

18+

Hanif berusaha memeluk tubuh Zayna dari belakang. Namun, Zayna terus saja menghindar dari Hanif.

“Saya mau peluk, gak boleh?” keluh Hanif ketika Zayna semakin menjauh dari dirinya. Zayna hanya menggeleng.

“Saya peluk kamu sambil doain kamu juga.” Hanif kembali membujuk perempuannya itu. Tapi, Zayna malah mengangkat telunjuknya dan menggerakkannya tidak mau.

“Gak mau, kamu bau!” ketus Zayna lalu kembali melangkah mundur dari Hanif.

Hanif semakin mendekatkan dirinya kepada istrinya itu, “Tapi, saya kan sudah mandi.” ucapnya.

“Bayi mau peluk?” tawar Zayna. Namun, membuat Hanif berhenti melangkah.

“Saya bukan bayi!”

Melihat raut wajah Hanif yang kesal dan begitu lucu. Zayna tidak tega melihat suaminya itu, yang pasti akan semakin marah.

“Iya deh iya, sini!” Zayna mulai mendekati Hanif dan merentangkan tangannya untuk segera memeluk suaminya itu.

Bukan saja memeluk Zayna. Hanif malah beralih menciumi tengkuk milik Zayna yang sontak membuat Zayna terkejut karena perlakuannya itu.

“Gak sekarang ya, ganteng?” Zayna menjauh dari Hanif. Entah kenapa dirinya merasa takut dan belum siap.

Hanif tersenyum, “Saya cuma mau peluk kamu. Mungkin, kamu masih belum terbiasa. Bagaimana kalau kita ngulang materi tiga tahun lalu.” Bukan malah semakin menjauh kini tubuh kecil itu kembali mendekat dan memeluk Hanif dengan erat.

“Nggak, nanti aja. Sekarang pelukan dulu aja deh, gak papa.” Hanif menatap mata Zayna yang terlihat sangat kelelahan. Karena memang acara pernikahannya tadi sangatlah menguras energi masing-masing dari mereka. Mulai tamu yang tak kunjung habis dan beberapa sanak saudara yang banyak meminta foto kepada kedua pengantin.

“Sholat isya dulu. Baru tidur ya?” tawar Hanif lalu mencium kening Zayna. Zayna hanya mengangguk.

Ini pertama kalinya, Hanif menjadi imam dalam rumah tangganya. Bukan karena baru saja menikah. Tapi, yang masih ia belum yakini adalah perempuan yang menjadi makmumnya itu adalah seseorang yang dulu selalu ia sebutkan namanya dalam setiap doa dan sujudnya. Perempuan yang entah sampai kapan pun akan selalu ia rindukan raganya.

Zayna tertidur dipaha milik Hanif. Sedari tadi Hanif terus membacakan beberapa potongan ayat suci Al-Qur'an sesekali meminta Zayna untuk ikut mengucapkannya. Sampai suara itu semakin lama semakin hilang dari pendengarannya. Ternyata, perempuannya itu sudah terlelap dalam tidurnya.

Perlahan tangannya membuka mukena yang Zayna kenakan. Ia mengangkat istrinya itu untuk melanjutkan tidurnya diatas ranjang. Ia mengelus surai rambut panjang itu. Menciuminya sesekali lalu bibirnya mengucap doa. Hanif memeluk tubuh itu dan tak butuh waktu lama dirinya pun ikut terlelap.

©morihacoy