Istri Tua dan Istri Muda
“Nah, jadi, Rin. Kurang lebih penjelasannya tuh kaya gitu. Paham gak? Maaf ya, aku emang masih belajar juga.” Zayna menutup buku yang memiliki tebal lebih dari dua sentimeter yang digenggamnya.
“Ih mba, aku ngerti kok! Makasih ya mba, buat ilmu nya.” balas Karina seraya merapikan jilbab yang sedari tadi tidak nyaman saat ia memakainya.
Zayna mendekat kepada Karina. Tangannya mulai merapikan jilbab milik orang yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
“Arin, aku boleh minta sesuatu gak?” tanya Zayna setelah selesai merapikan jilbab milik Karina. Karina tidak sama sekali menjawab. Namun, tatapannya tetap menghadap ke arah Zayna.
Zayna menundukkan kepalanya perlahan. “Disinikan yang bukan mahram itu, kamu dan suami aku. Aku boleh minta gak? Ya, sekalian belajar aja untuk pake hijab. Jangan sampai aurat kamu terlihat sama mas Hanif.”
Karina memutarkan matanya ke arah kanan. “Aku coba ya, mba?”
“Bilang aja lo cemburu! batin Karina seraya menampakkan senyumnya dengan tidak ikhlas. Zayna hanya mengangguk.
Suara mesin mobil dari luar sana semakin mendekat ke arah rumah milik Zayna. Iya, seperti biasa. Suaminya itu baru saja pulang setelah selesai mengerjakan kewajibannya diluar sana. Tanpa basa-basi, perempuan yang kini sedang berbadan dua itu pun. Segera beranjak pergi dan meninggalkan Karina di ruang tengah sendirian. Nyatanya, Zayna akan pergi menyambut kepulangan suaminya itu.
“Mas,” ujarnya. Lalu, mencium tangan milik suaminya dan dilanjut dengan mencium spot lain. Begitu sebaliknya dengan Hanif.
Hanif dan Zayna memasuki rumahnya dan melihat sosok Karina yang masih terduduk diatas sofa ruang tengah. Dengan pakaian yang cukup menutup auratnya. Kini, Hanif tidak perlu membuang muka secara sengaja. Walaupun, sebenarnya selama ini ia tidak pernah menatap perempuan lain selain istrinya.
“Aku baru selesai ngajarin Karina!” Girang Zayna seraya melangkahkan kakinya menuju Karina.
“Alhamdulillaah,” balas Hanif tidak sama sekali menatap ke arah dua sosok perempuan yang ada dihadapannya itu. Ia lebih fokus membuka jam tangan yang sedari tadi melingkar dipergelangan tangannya.
“Lucu ya suasananya. Kaya istri muda dan istri tua lagi akur.” ceplos Karina diantara keheningan yang baru saja terjadi.
Hanif mengerutkan keningnya. Merasa tidak suka dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut perempuan itu.
“Ih, Karina tuh cuma becanda, mas!” Sela Zayna lalu tertawa karena menganggapnya sebagai gurauan semata. Perempuan itu juga ikut tertawa.
Hanif tidak peduli dengan perkataan dari Zayna. Kenapa istrinya itu malah membelanya, yang jelas-jelas semakin hari kelakuan Karina semakin menjadi-jadi.
“Loh, kok malah pergi?” tanya Zayna kala melihat tubuh suaminya itu mulai meninggalkan dirinya dengan Karina. Mereka malah lanjut menertawakan hal tadi.
©morkihacoy