Apa Kabar?

ting tong

Suara bel rumah terdengar sangat nyaring dari dalam. Zayna yang sedang mengobrol bersama 'teman barunya' itu. Langsung beranjak dan menghampiri sumber suara tersebut. Seseorang telah pulang.

“Sebentar, ya?” ujar Zayna seraya menepuk pelan teman barunya itu.

“Hehe, ini namanya Karina.” Suara itu kembali terdengar kala Zayna yang sudah menyambut suaminya yang baru saja pulang itu. Mata Hanif tidak sama sekali melirik ke arah orang yang dimaksud istrinya itu.

“Hai, Hanif. Apa kabar?” Iya, itu adalah Karina. Teman baru Zayna sekaligus teman semasa kecil Hanif. Hanif terdiam sejenak.

“Alhamdulillaah baik,” balasnya dan langsung pergi meninggalkan Karina dan diikuti Zayna dibelakangnya.

Seperti biasa, perempuannya itu selalu menyediakan handuk dan pakaian ketika suaminya selesai pulang dari kegiatannya diluar. Hanif memenggang kedua pipi Zayna dengan tangannya. Lalu, mengecup-ngecup singkat bibir milik istrinya itu. Zayna hanya tersenyum, lalu segera menyuruh suaminya untuk cepat mandi. Sebelum itu, ia tidak pernah absen untuk mencium bayi kecil yang selalu ia tunggu kehadirannya di semesta ini.

Selesai mandi, Hanif melaksanakan sholat Isya bersama Zayna. Ia mulai meminta Zayna untuk bermurojaah dan sesekali membenarkan bacaan tajwidnya jika Zayna salah. Ia selalu melakukan ini setelah semua kegiatannya selesai. Iya, menarik sejadah milik istrinya agar mendekat dengan tubuh Hanif. Mungkin sekarang tidak bisa sedekat dulu. Karena, sekarang perut istrinya itu sudah mulai membesar dan kadang menghalangi Hanif untuk dapat memeluknya dari arah depan.

“Mau apa?” tanya Zayna kala wajah itu semakin mendekat ke arahnya.

Hanif mengangkat jari telunjuknya seraya berkata, “Sekali aja.”

“Ngga ah, aku jadi sesek nanti!” Zayna mencoba melarang Hanif. Tapi, apalah Hanif yang tidak akan menurut jika Zayna melarangnya untuk mengekspos semua yang ada pada diri istrinya itu.

cup

Satu kecupan mendarat dibibir Zayna. Iya, itu hanya kecupan biasa. Karena, Hanif merasa kasihan jika harus mendapatkannya dengan waktu lama. Sedetik saja sudah cukup untuk Hanif.

“Anak pinter!” Zayna mengelus surai rambut hitam Hanif. Ia senang jika suaminya itu paham akan kondisinya sekarang.

Hanif langsung menidurkan dirinya diatas paha Zayna. Tidak lama, suara pintu kamar terbuka pelan. Membuat mereka berdua sedikit terkejut. Mereka baru saja ingat. Bahwa, sekarang sudah ada penghuni baru di rumahnya.

“Ya Allaah, lupa!” teriak Zayna yang langsung beranjak dari tempat duduknya. Hanif yang langsung terangkat kepalanya sontak kembali dengan posisi semula.

“Gangguan apalagi, Ya Allaah?” gumamnya.

“Ih maaf, Kak Karina. Aku lupa, ya Allaah. Sekarang kita makan aja gimana?” ujar Zayna yang sudah berada dihadapan Karina. Karina hanya tersenyum.

“Gapapa, aku udah masak kok! Kalian kan mungkin lagi sibuk(?) Jadi, inisiatif aja aku masak dari pada diem aja.” balas Karina sesekali matanya mencuri pandang ke arah Hanif yang ada didalam kamar.

“Ih, jadi ngerepotin kan!” Ia istrinya itu malah merasa tidak enak hati tanpa mencurigai gerak-gerik perempuan yang ada dihadapannya itu.

“Ayo, mas!” tawarnya ketika melihat Hanif yang sudah berganti posisi didalam sana.

©morkihacoy